ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH ADALAH INVESTASI ABADI
عَنْ عَا ئِشَةَ اَنَّهُمْ ذَ بَحُوا شَا ةً فَقَا لَ النَّبِيُّ صم مَا بَقِيَ مِنْهَا قَا لَتْ مَا بَقِيَ مِنْهَا اِلاَّ كَتِفُهَا قَا لَ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا قَا لَ اَبُوْ عِيَسَ هَذّا حَدِيْثُ صَحِيْحٌ ... (رواه الترمدي)
“Dari Aisyah sesungguhnya keluarga Nabi menyembelih seekor kambing maka nabi saw bertanya apa yang tersisa darinya? Maka aisyah menjawab tidak ada yang tersisa darinya kecuali pahanya maka rasul bersabda yang tersisa semuanya kecuali pahanya maka abu iyasa berkata ini adalah hadits shahih”.
(HR At-tirmidzi no 2394, Hr Ahmad no 23102)
Hadits diatas memberikan pen-jelasan kepada kita bahwa
harta yang tersisa adalah harta yang diinfakkan atau dishadaqahkan bukan-lah
harta yang disisakan atau disimpan untuk kepentingan pribadi atau keluarga.
Se-mentara kebanyakan manusia menganggap bahwa harta yang tersisa itu adalah
harta yang disimpan tidak dibagikan kepada yang lain. Padahal harta yang
disimpan untuk dimakan atau diman-faatkan bagi keperluan pribadi justru itulah
harta yang habis tanpa ada sisa. Misalnya : Kita punya uang Rp. 100.000,
kemudian kita infakkan Uang tersebut Rp. 10.000,- maka uang yang tersisa adalah
yang kita infakkan yaitu Rp. 10.000,- bukan Rp. 90.000,-
Keyakinan kita akan konsep zakat, shadaqah dan infak
haruslah sama dengan keyakinan kita pada konsep menabung di bank atau dimana
saja. Apabila kita setiap hari menabung Rp. 1.000,- maka selama sebulan uang
kita akan bertambah menjadi Rp. 30.000,-. Demikian pula dengan konsep Infaq dan
Shadaqah termasuk Zakat, apabila kita berinfaq sebesar Rp. 1.000,- per hari
maka harta yang kita infakkan selama satu bulan itu akan bertambah menjadi Rp.
30.000,-. Inilah Investasi Abadi yang akan kita peroleh hasilnya tidak hanya di
dunia tetapi juga di akhirat. Berbeda dengan konsep Investasi modal untuk usaha
yang senantiasa kita harapkan mendapat hasilnya dengan keuntungan yang berlipat
ganda yang dirasakan hanya di dunia dan belum tentu menjadi buah di akhirat.
Oleh karena itu, apabila kita berzakat, berinfaq atau
bershadaqah maka harus punya keyakinan dalam diri kita bahwa kita sedang
menabung atau sedang berinvestasi untuk akhirat jangan punya anggapan bahwa
apabila kita berzakat, berinfaq atau bershadaqah maka harta kita akan berkurang dan habis, tetapi justru kita
sedang menanam yang pada akhirnya nanti kita akan memetik hasilnya.
Allah SWT berfirman; “….. dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya...” (QS Saba : 39)
Jaminan dari Allah berdasarkan ayat tersebut adalah bahwa
segala apa yang kita infakkan akan diganti oleh Allah dengan berbagai macam
kebaikan di dunia, disamping tentunya apa yang disediakan oleh Allah baginya
dari pahala yang besar di Akhirat. . Syaikh Ibnu Asyur berkata : “Yang dimaksud
dengan infak dalam ayat itu adalah infak yang dianjurkan dalam agama. Seperti
berinfaq kepada orang-orang fakir dan berinfaq di jalan Allah untuk menolong
agama.
Imam ar-Razi berkata, penjelasan bahwa orang yang berinfak
akan diganti oleh Allah ini merupakan realisasi dari sabda Nabi SAW yaitu ;
Tidaklah para hamba berada dipagi hari, melainkan pada pagi
itu terdapat dua malaikat turun. Salah satunya berdo'a 'Ya Allah, berikanlah
ganti kepada orang yang berinfak, sedang yang lain berkata, ' Ya Allah,
berikanlah kebinasaan (harta) kepada orang yang menahan (hartanya) .. (Shahih Bukhari kitab az-Zakaah bab Qau-Luhu
Ta'ala : Fa Amma man A'Tha wat Taqaa Wa Shadadaqa bil Husna (III/304 no 1442)
dan Shahih Muslim kitab az-zakkah bab Fil Munfiq Wal Mumsik (III/700 no 1010)
Bahkan dengan tegas Allah SWT menjamin akan melipat gandakan
pahala, keuntungan dan hasilnya bagi siapa saja yang membelanjakan hartanya di
jalan Allah dengan tujuan mardhatillah (hanya mengharap ridla Allah) dan
Meneguhkan jiwanya. Allah SWT berfirman ;
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun
itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya,
Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu
perbuat.” (QS Al-Baqarah : 265)
Untuk itu maka, apabila ada kesempatan dalam diri kita untuk
dapat menunaikan kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah maka
janganlah ditunda-tunda dan dinanti-nanti karena merasa takut habis harta kita
dan takut miskin serta jangan pula kita menghitung-hitung zakat, infaq dan
shadaqah yang telah kita keluarkan, sebab tentu apabila kita menunda-nunda
dalam berinfaq karena takut miskin maka Allah akan menyempitkan rezeki kita dan
apabila kita menghitung-hitung harta yang telah kita keluarkan tidak akan
sebanding dan tidak akan mampu menyamai segala kenikmatan yang telah allah
karuniakan kepada kita. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan
Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari
yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. dan
orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Baqarah : 254)
Dengan segala kemampuan yang ada marilah kita berusaha untuk
dapat menyisihkan harta kita dengan menunaikan kewajiban berzakat, berinfaq dan
bershadaqah. Janganlah kita memaksakan sesuatu yang justru kita tidak sanggup
untuk melakukannya, sebab Rasulullah SAW sendiri tidak mungkin memerintahkan
sesuatu yang ummatnya tidak mampu, maka berinfaqlah dan bershadaqahlah sesuai
kemampuan. Rasul SAW bersabda ;
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq berkata, aku mendengar
'Abdullah bin Ma'qil berkata, aku mendengar 'Adiy bin Hatim radliallahu 'anhu
berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
"Jagalah kalian dari neraka sekalipun
dengan (bershadaqah) sebutir kurma". (Bukhari : 1328)
Rasulullah SAW menjamin bahwa Zakat, Infaq dan Shadaqah
merupakan investasi Abadi yang hasilnya akan kita raih, akan kita petik
walaupun Ruh telah berpisah dari jasad kita (kematian), dan tentu saja
kebaikannya akan terus mengalir tanpa henti mewarnai setiap aktivitas manusia
selama harta yang kita infakkan itu dipergunakan untuk kepentingan perjuangan
Jihad Fiisabilillah.
Dari beberapa penjelasan tersebut diatas kita meyakini
bahwa harta yang Allah titipkan kepada kita akan tumbuh subur dan membawa
kebaikan apabila harta tersebut diinfakkan dan harta akan binasa dan membawa
keburukan kepada kita apabila harta tersebut kita tahan dan tidak mau
menginfakkannya. Rasullah SAW menegaskan dalam sebuah haditsnya ;
. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara,
yaitu, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang selalu
mendoakannya” (Muslim: 5/73) Wal-Llahu A'lam Bis-Shawab.
*) Ditulis oleh Ilham Maulana, S.Pd.I.; Staf Administrasi dan Kasir PZU Persatuan Islam Kantor
Perwakilan Cianjur
Sebarkan melalui →